Kamis, 02 Juli 2009

KEUTAMAAN SHALAT SUNNAT DHUHA

Kata dhuha yang mengiringi sholat sunnah ini berarti terbit atau naiknya matahari. Wajar bila sholat ini, kemudian, dilakukan pada pagi hari ketika matahari mulai menampakkan sinarnya. Namun, beberapa ulama fikh berbeda pendapat tentang ketentuan waktunya.

Imam Nawawi di dalam kitab ar-Raudah mengatakan bahwa waktu sholat dhuha itu dimulai, sejak terbitnya matahari, yakni sekitar setinggi lembing (lebih kurang 18 derajat). Sementara Abdul Karim bin Muhammad ar-Rifai, seorang ahli fikih bermazhab Syafi'i berkomentar bahwa sholat itu lebih utama bila dikerjakan saat matahari lebih tinggi dari itu

Waktu shalat Dhuha dari mulai meningginya matahari satu tombak hingga sebelum matahari berada di tengah langit, sebelum tergelincir. Yang paling afdhal, melakukan shalat itu ketika matahari sedang terik menyengat. Dasarnya adalah hadits Zaid bin Arqam Radhiyallahu 'anhu yang menceritakan bahwa Nabi bersabda.

"Artinya : Shalat orang-orang yang khusu' beribadah adalah pada waktu
anak-anak unta (fishal) kepanasan" [Tarmidhul Fishal, yaitu disaat terik panas tiba sehingga anak unta merasa kepanasan kakinya, lihat Syarah An-Nawawi atas Shahih Muslim 6/276]

Dalam lafazh lain disebutkan.

"Artinya : Shalat orang-orang yang khusu beribadah adalah ketika anak-anak unta (fishal) kepanasan" [Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shalat Al-Musafirin, bab Shalat Al-Awwabin hina Tarmidhul Fishal no. 748]

Barangsiapa yang melakukan shalat itu setelah matahari meninggi hingga satu tombak, tidak mengapa. Namun barangsiapa yang melakukannya ketika panas terik sebelum waktu yang dilarang shalat, itu lebih afdhal. [Lihat Majmu Fatawa Ibni baz 11/395]

Dalam beberapa Hadist dari Sahabat Abu Huraira ra antara lain sebagai berikut :

“ Siapa saja yang dapat mengerjakan Shalat Dhuha dengan langgeng, akan di

ampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan. “

( HR Tirmidzi )

“ Sesungguhnya di Surga itu ada pintu yang disebut pintu Dhuha, maka tatkala di hari Kiamat nanti ada panggilan khatib : “ Siapakah orang yang suka membiasakan shalat Dhuha ? Inilah pintu kamu sekalian, masuklah kamu sekalian dengan penuh Rahmat Allah SWT. “ ( HR Thabrani )

“ Di perintahkan kepadaku oleh kekasihku Nabi SAW untuk berpuasa 3 (tiga) hari pada tiap-tiap bulan, mengerjakan 2 ( dua ) rakaat Shalat Sunnat Dhuha, dan supaya saya berwitir sebelum tidur.” ( HR Bukhari dan Muslim)

“ Tuhanmu yang Maha Tinggi telah berseru : “ Hai anak Adam ! Shalatlah empat rakaat bagi Aku dari awal siang. Maka Aku akan cukupkan engkau di akhir siang itu”. ( HR Ahmad dan Abu Daud )

Dari Aisyah ra, ia berkata :“ Adalah Rosulullah SAW biasa Shalat Dhuha 4 (empat) rakaat dan ia menambah ( sebanyak mungkin ) menurut apa yang dikehendaki Allah SWT.” (HR Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah )

Dari Ummu Hani diceritakan sesungguhnya ia pernah datang kepada Nabi SAW pada tahun di taklukkannya kota Mekkah. Waktu itu, Nabi SAW berada di bagian atas kota Mekkah. Lalu Rosulullah SAW berdiri menuju ke tempat mandinya. Fatimah lantas mendinginkannya. Kemudian ia mengambil pakaiannya dan berselimut dengan pakaian itu. Selanjutnya, ia Shalat 8 (delapan) rakaat, yaitu Shalat Dhuha. ( HR Ahmad, Bukhari dan Muslim )

Adapun keutamaan ( fadhilah ) Shalat Sunnat Dhuha perhatikan Hadist-Hadist Rosulullah SAW seperti berikut :

“ Pada tiap pagi dianjurkan atas diri seseorang dari kamu untuk bersedekah. Maka tiap-tiap tasbih itu sedekah dan tiap-tiap tahmid (puji) itu sedekah. Pada tiap-tiap tahlil pun sedekah dan tiap-tiap menyuruh kepada kebaikan itu juga sedekah. Begitu pula mencegah kemungkaran itu sedekah. Namun diantara semua itu cukuplah sebagai penggantinya ialah mengerjakan dua rakaat Dhuha. “(HR Muslim dan Abu Dzar)

Dari Abdullah bin Buraidah meriwayatkan dari ayahnya, bahwa ia pernah mendengar Rosulullah SAW bersabda “ Dalam diri manusia itu ada 360 ( Tiga Ratus Enam Puluh ) ruas yang setiap darinya diharuskan bersedekah. Para Sahabat bertanya : Kalau begitu, siapa yang mampu berbuat demikian ya Rosulullah ? Rosulullah SAW menjawab: “Mengeluarkan dahak di Masjid lalu ditanamnya atau menyingkirkan sesuatu gangguan dari jalan, itu juga sedekah. Tetapi kalau engkau tidak bisa, kerjakanlah dua rakaat Dhuha. Karena itu mencukupi dari semua itu “ ( HR Ahmad dan Abu Daud )

Rakaat Sholat Dhuha:

Sholat dhuha merupakan sholat yang tidak menyusahkan untuk dikerjakan. Sebab, pasalnya sholat dhuha itu menyesuaikan kemampuan dan kesempatan muslim yang hendak mengamalkannya. Poin ini tergambar dengan jelas pada bilangan raka'atnya. Mulai dari 2 raka'at, 4 raka'at, 8 raka'at hingga 12 raka'at.

Sayid Sabiq, ahli fikih dari Mesir, menyimpulkan bahwa batas minimal sholat dhuha itu 2 raka'at sedangkan batas maksimalnya adalah delapan raka'at. Pada ketentuan minimal dapat ditemukan pada hadits riwayat Abu Hurairah. Sementara ketentuan maksimal dapat ditemukan pada hadits fi'li ( perbuatan ) yang diriwayatkan Aisyah,r.q, " Rasulullah SAW, masuk kerumah saya lalu melakukan sholat dhuha sebanyak delapan raka'at." ( H.R. Ibnu Hiban )


Bahkan lebih dari itu, menurut ulama mazhab Hanafi jumlah maksimal raka'at sholat dhuha itu enam belas raka'at . Sedang Abu Ja'far Muhammad bin Jarir at-Tabari, pengarang kitab Tafsir Jami al-Bayan, sebagian ulama mazhab Syafi'i dan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berpendapat bahwa tidak ada batas maksimal untuk jumlah raka'at sholat dhuha. Semuanya tergantung pada kemampuan dan kesanggupan orang yang ingin mengerjakannya. Wallahu'alam bil shawab. ( Muaz/Hidayah).

Menurut Ustd Yusuf Mansur dalam salah satu ceramahnya menyebutkan:

2 Raka'at : Allah Ta'ala akan catat bukan dari golongan orang yang lalai.

4 Raka'at : Allah Ta'ala akan catat sebagai orang yang ahli ibadah.

6 Raka'at : Allah Ta'ala akan mencukupi kebutuhan dia pada hari itu.

8 Raka'at : Allah Ta'ala akan catat sebagai orang ta'at.

12 Raka'at : Allah Ta'ala akan buatkan rumah untuk dia di Surga.

Syaratnya : Ikhlas dan Istiqomah karena Allah

Begitu banyak fadhilah, keutamaan Shalat Sunnat Dhuha, seyogyanya sebagai muslim yang baik tergerak hati kita untuk mengerjakan ( mengamalkan ) Shalat Sunnat Dhuha. Betapa tidak, kapan lagi kita akan mendapatkan kesempatan untuk meraih, menggapai pahala untuk bekal akhirat kita ?

Cara mengerjakan Shalat Dhuha.

1. Niat Shalat Dhuha :

"Ushalli sunnatal Dhuha rakataini lillahi Ta'aalaa"

Artinya : aku niat shalat sunnah dhuha dua rakaat karena Allah

2. Surat yang dibaca setelah Al-Fatihah :

A. Pada rakaat pertama surat Asy-Syams.



waalsysyamsi wadhuhaahaa waalqamari idzaa talaahaa, waalnnahaari idzaa jallaahaa, waallayli idzaa yaghsyaahaa {1579}, waalssamaa-i wamaa banaahaa, waal-ardhi wamaa thahaahaa, wanafsin wamaa sawwaahaa, fa-alhamahaa fujuurahaa wataqwaahaa. qad aflaha man zakkaahaa, waqad khaaba man dassaahaa. kadzdzabat tsamuudu bithaghwaahaa, idzi inba'atsa asyqaahaa, faqaala lahum rasuulu allaahi naaqata allaahi wasuqyaahaa. fakadzdzabuuhu fa'aqaruuhaa fadamdama 'alayhim rabbuhum bidzanbihim fasawwaahaa, walaa yakhaafu 'uqbaahaa

1. Demi matahari dan cahayanya di pagi hari,

2. Dan bulan apabila mengiringinya,

3. Dan siang apabila menampakkannya,

4. Dan malam apabila menutupinya[1579],

5. Dan langit serta pembinaannya,

6. Dan bumi serta penghamparannya,

7. Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),

8. Maka allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.

9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,

10. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

11. (kaum) tsamud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas,

12. Ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka,

13. Lalu Rasul Allah (Saleh) berkata kepada mereka: ("Biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya".

14. Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu, Maka Tuhan mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyama-ratakan mereka (dengan tanah),

15. Dan Allah tidak takut terhadap akibat tindakan-Nya itu.

[1579] Maksudnya: malam-malam yang gelap.

B. Pada rakaat kedua surat Adh-Dhuha.

waaldhdhuhaa, waallayli idzaa sajaa, maa wadda'aka rabbuka wamaa qalaa {1581}. walal-aakhiratu khayrun laka mina al-uulaa{1582}. walasawfa yu'thiika rabbuka fatardaa. alam yajidka yatiiman faaawaa wawajadaka daallan fahadaa {1583},. wawajadaka 'aa-ilan fa-aghnaa. fa-ammaa alyatiima falaa taqhar. wa-ammaa alssaa-ila falaa tanhar. wa-ammaa bini'mati rabbika fahaddits

1. Demi waktu matahari sepenggalahan naik,

2. Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap),

3. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu[1581].

4. Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)[1582].

5. Dan kelak tuhanmu pasti memberikan karunia-nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas.

6. Bukankah dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu dia melindungimu?

7. Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung[1583], lalu dia memberikan petunjuk.

8. Dan dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu dia memberikan kecukupan.

9. Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.

10.Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya.

11. Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan.

[1581] Maksudnya: ketika turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad s.a.w. terhenti untuk Sementara waktu, orang-orang musyrik berkata: "Tuhannya (Muhammad) telah meninggalkannya dan benci kepadaNya". Maka turunlah ayat ini untuk membantah Perkataan orang-orang musyrik itu.

[1582] Maksudnya ialah bahwa akhir perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. itu akan menjumpai kemenangan-kemenangan, sedang permulaannya penuh dengan kesulitan-kesulitan. ada pula sebagian ahli tafsir yang mengartikan akhirat dengan kehidupan akhirat beserta segala kesenangannya dan ula dengan arti kehidupan dunia.

[1583] Yang dimaksud dengan bingung di sini ialah kebingungan untuk mendapatkan kebenaran yang tidak bisa dicapai oleh akal, lalu Allah menurunkan wahyu kepada Muhammad s.a.w. sebagai jalan untuk memimpin ummat menuju keselamatan dunia dan akhirat.

3. Selesai shalat, membaca do’a sebagai berikut :


ALLAHUMMA INNADH DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU, WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU, BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBADIKASH SHALIHIN.

Ya Allah, bahwasannya waktu dhuha itu adalah waktuMU,

dan keagungan itu adalah keagunganMU,

dan keindahan itu adalah keindahanMU,

dan kekuatan itu adalah kekuatanMU,

dan perlindungan itu adalah perlindunganMU,

Ya Allah, jika rizkiku masih ! di atas langit, maka turunkanlah,

jika masih di dalam bumi, maka keluarkanlah,

jika masih sukar, maka mudahkanlah,

jika (ternyata) haram, maka sucikanlah,

jika masih jauh, maka dekatkanlah,

Berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaanMU,

limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada

hamba-hambaMU yang sholeh.

Amiin Ya Robbal Alamiin.


Semoga bermanfaat bagi kita semua


Sumber : pencerahan.blogspot.com;orido.wordpress.com;kangsata.wordpress.com;

riskaonline.org.4243.masterweb.net; quran.al-islam.com; quran.myquran.org

2 komentar:

  1. ass.....tolong koreksinya surat ASY SYAMS ayat 13 terakhir ( di tulisan latinnya)ada yg belum ditulis yaitu "WASUQYAAHAA'.makasih.wass.....

    BalasHapus
  2. Terima kasih koreksinya, insya Allah sekarang sudah diperbaiki

    BalasHapus